Dahir, C.
A. (2009) menyatakan bahwa memasuki abad 21, konseling
sekolah telah mengalami kemajuan
dan pergeseran dari pola-pola
tradisional yang berfokus pada
pemberian layanan menjadi pola-pola yang berfokus
pada satu sistem
yang proaktif dan programatik.
Dalam menghadapi tantangan yang dihadapi siswa sekolah di
abad 21, konseling
sekolah telah dipengaruhi oleh
paradigma dan praktek yang
mengarah pada profesi
dan pembaharuan dalam penekanan memberikan bantuan dan dukungan
kepada siswa dalam pencapaian
prestasi akademik, advokasi keadilan
sosial, dan akuntabilitas konselor.
A. (2009) menyatakan bahwa memasuki abad 21, konseling
sekolah telah mengalami kemajuan
dan pergeseran dari pola-pola
tradisional yang berfokus pada
pemberian layanan menjadi pola-pola yang berfokus
pada satu sistem
yang proaktif dan programatik.
Dalam menghadapi tantangan yang dihadapi siswa sekolah di
abad 21, konseling
sekolah telah dipengaruhi oleh
paradigma dan praktek yang
mengarah pada profesi
dan pembaharuan dalam penekanan memberikan bantuan dan dukungan
kepada siswa dalam pencapaian
prestasi akademik, advokasi keadilan
sosial, dan akuntabilitas konselor.
Inbody (dalam
Dahir, C.A, 2009) mengidentifikasi ada
enam premis dasar yang cukup kritis terkait dengan masa
depan konseling sekolah, yaitu:
Dahir, C.A, 2009) mengidentifikasi ada
enam premis dasar yang cukup kritis terkait dengan masa
depan konseling sekolah, yaitu:
1.
Apa yang dilakukan
oleh profesi konseling sekolah
dewasa ini akan berpengaruh terhadap
kualitas bidang konseling sekolah
dan lingkungan pendidikan di mana
koselor sekolah dan siswa berada.
Apa yang dilakukan
oleh profesi konseling sekolah
dewasa ini akan berpengaruh terhadap
kualitas bidang konseling sekolah
dan lingkungan pendidikan di mana
koselor sekolah dan siswa berada.
2.
Metode ilmiah dalam
penelitian konseling sekolah dapat
digunakan untuk
mengantisipasi masa depan konselor sekolah yang belum diketahui,
Metode ilmiah dalam
penelitian konseling sekolah dapat
digunakan untuk
mengantisipasi masa depan konselor sekolah yang belum diketahui,
3.
Tidak hanya satu
masa depan yang menunggu
profesi konseling sekolah, akan
tetapi banyak berbagai kemungkinan masa
depan, tergantung pada apa
yang dipilih oleh
konselor sekolah pada masa kini,
Tidak hanya satu
masa depan yang menunggu
profesi konseling sekolah, akan
tetapi banyak berbagai kemungkinan masa
depan, tergantung pada apa
yang dipilih oleh
konselor sekolah pada masa kini,
4.
Konselor sekolah harus
memiliki landasan moral dalam
tanggung jawabnya bagi siswa
generasi masa depan dan
juga konselor sekolah generasi selanjutnya.
Konselor sekolah harus
memiliki landasan moral dalam
tanggung jawabnya bagi siswa
generasi masa depan dan
juga konselor sekolah generasi selanjutnya.
5.
Teknologi akan terus
memberikan pengaruh dan dukungan
bagi konseling sekolah, akan tetapi
konselor sekolah bertanggung jawab
untuk memadukan teknologi itu
bagi kepentingan masa depan
yang mungkin tidak
diperlukan di masa dua puluh tahun yang lalu.
Teknologi akan terus
memberikan pengaruh dan dukungan
bagi konseling sekolah, akan tetapi
konselor sekolah bertanggung jawab
untuk memadukan teknologi itu
bagi kepentingan masa depan
yang mungkin tidak
diperlukan di masa dua puluh tahun yang lalu.
6.
Diperlukan adanya suatu studi ekstensif untuk menunjang
gagasan-gagasan bagi profesi konseling sekolah dan siswa.
Diperlukan adanya suatu studi ekstensif untuk menunjang
gagasan-gagasan bagi profesi konseling sekolah dan siswa.
Menurut Dahir,
C.A, (2009) keenam premis
itu masih relevan
untuk dijadikan rujukan pada
masa kini dalam
menghadapi tantangan abad 21.
Ia mengatakan bahwa konselor sekolah
di abad 21
berada dalam posisi yang
memiliki kekuatan dan
strategis untuk menunjukkan secara
efektif bagaimana melengkapi prestasi
akademik dan perkembangan afektif
sebagai formula yang tepat untuk
membantu siswa. Konselor sekolah
berperan sebagai kunci
tim kepemimpinan pendidikan dan membangun tantangam untuk
berbagi tanggung jawab dalam
mempersiapkan siswa agar
mencapai standar akademik sambil membantu meraka menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan bermakna.
C.A, (2009) keenam premis
itu masih relevan
untuk dijadikan rujukan pada
masa kini dalam
menghadapi tantangan abad 21.
Ia mengatakan bahwa konselor sekolah
di abad 21
berada dalam posisi yang
memiliki kekuatan dan
strategis untuk menunjukkan secara
efektif bagaimana melengkapi prestasi
akademik dan perkembangan afektif
sebagai formula yang tepat untuk
membantu siswa. Konselor sekolah
berperan sebagai kunci
tim kepemimpinan pendidikan dan membangun tantangam untuk
berbagi tanggung jawab dalam
mempersiapkan siswa agar
mencapai standar akademik sambil membantu meraka menjadi anggota
masyarakat yang produktif dan bermakna.
Program bimbingan
dan konseling di sekolah
dikembangkan dan
diimplementasikan dalam sistem
sekolah yang terletak di dalam masyarakat. Anggotamasayarakat sering memiliki
harapan yang berbeda untuk
hasil-hasil program konseling di
sekolah. Konselor sekolah
seringkali mencoba untuk memenuhi tuntutan berbagai pemangku kepentingan
dalam lingkungan yang semakin
kompleks dan juga
dengan permasalahan siswa yang
semakin kompleks. Memasuki abad 21 konselor perlu untuk mengatasi
tantangan ini dengan komitmen dan kreativitas.
dan konseling di sekolah
dikembangkan dan
diimplementasikan dalam sistem
sekolah yang terletak di dalam masyarakat. Anggotamasayarakat sering memiliki
harapan yang berbeda untuk
hasil-hasil program konseling di
sekolah. Konselor sekolah
seringkali mencoba untuk memenuhi tuntutan berbagai pemangku kepentingan
dalam lingkungan yang semakin
kompleks dan juga
dengan permasalahan siswa yang
semakin kompleks. Memasuki abad 21 konselor perlu untuk mengatasi
tantangan ini dengan komitmen dan kreativitas.
2.3 Tuntutan Konselor di Era Digital
Teknologi
(Paisley, P. O., & McMahon, H. G., 2001)
jelas merupakan fakta
kehidupan kita yang akan
mempengaruhi profesi dalam banyak
cara, mungkin termasuk
beberapa cara yang tidak
bisa dibayangkan hari
ini.Penggunaan teknologi untuk
mendukung program konseling sekolah.
Konselor sekolah juga dapat
meningkatkan pengembangan
profesional mereka dengan belajar bagaimana
memanfaatkan teknologi dalam
program konseling sekolah.
(Paisley, P. O., & McMahon, H. G., 2001)
jelas merupakan fakta
kehidupan kita yang akan
mempengaruhi profesi dalam banyak
cara, mungkin termasuk
beberapa cara yang tidak
bisa dibayangkan hari
ini.Penggunaan teknologi untuk
mendukung program konseling sekolah.
Konselor sekolah juga dapat
meningkatkan pengembangan
profesional mereka dengan belajar bagaimana
memanfaatkan teknologi dalam
program konseling sekolah.
Meskipun bekerja
dengan teknologi merupakan tantangan
bagi beberapa konselor sekolah,
tidak dapat dipungkiri kemajuan teknologi
memberikan kesempatan bagi konselor
sekolah untuk memenuhi kebutuhan
siswa lebih efisien dan efektif.
Menggunakan teknologi untuk membangun program
konseling sekolah yang lebih
efektif dan efisien
akan membutuhkan
pengembangan keterampilan profesional
yang luas.
dengan teknologi merupakan tantangan
bagi beberapa konselor sekolah,
tidak dapat dipungkiri kemajuan teknologi
memberikan kesempatan bagi konselor
sekolah untuk memenuhi kebutuhan
siswa lebih efisien dan efektif.
Menggunakan teknologi untuk membangun program
konseling sekolah yang lebih
efektif dan efisien
akan membutuhkan
pengembangan keterampilan profesional
yang luas.
Menghadapi era
disrupsi pada abad
21 peranan guru
BK dituntut untuk
dapat menguasai teknologi digital,
sehingga dapat menjadi model digital citizen dan membimbing
siswa membentuk kebiasaan dalam mengakses dunia digital dengan cara yang aman.
disrupsi pada abad
21 peranan guru
BK dituntut untuk
dapat menguasai teknologi digital,
sehingga dapat menjadi model digital citizen dan membimbing
siswa membentuk kebiasaan dalam mengakses dunia digital dengan cara yang aman.
Borders, L. D.
(dalam Rakhmawati, D., 2017: 61 ) menyatakan bahwa guru BK adalah garis
depan kesehatan mental
profesional bagi siswa
dan keluarga. Lebih
lanjut Sink, C.
A. (dalam Rakhmawati, D., 2017:
61), menjelaskan bahwa perkembangan di era disrupsi mendorong guru BK untuk
melakukan kegiatan berikut
ini:
(dalam Rakhmawati, D., 2017: 61 ) menyatakan bahwa guru BK adalah garis
depan kesehatan mental
profesional bagi siswa
dan keluarga. Lebih
lanjut Sink, C.
A. (dalam Rakhmawati, D., 2017:
61), menjelaskan bahwa perkembangan di era disrupsi mendorong guru BK untuk
melakukan kegiatan berikut
ini:
1.
Mengembangkan dan memperbarui
keterampilan yang dibutuhkan untuk melayani
semua siswa.
Mengembangkan dan memperbarui
keterampilan yang dibutuhkan untuk melayani
semua siswa.
2.
Menjelajahi inovasi dalam
pendidikan dan konseling baik secara teori
dan praktek.
Menjelajahi inovasi dalam
pendidikan dan konseling baik secara teori
dan praktek.
3.
Advokasi untuk diri
mereka sendiri dan
program mereka.
Advokasi untuk diri
mereka sendiri dan
program mereka.
4.
Melaksanakan program komprehensif
yang dirancang dengan
baik.
Melaksanakan program komprehensif
yang dirancang dengan
baik.
5.
Berkolaborasi dengan pihak lain,
personil sekolah, dan
dengan lembaga- lembaga
dan program masyarakat.
Berkolaborasi dengan pihak lain,
personil sekolah, dan
dengan lembaga- lembaga
dan program masyarakat.
6.
Memfasilitasi siswa
baik kebutuhan maupun
program prestasi.
Memfasilitasi siswa
baik kebutuhan maupun
program prestasi.
7.
Membuat komunitas yang
nyaman di sekolah.dan
Membuat komunitas yang
nyaman di sekolah.dan
8.
Menunjukkan profesionalisme tingkat tinggi.
Menunjukkan profesionalisme tingkat tinggi.
Diharapkan guru
BK berkontribusi pada kegiatan literasi
baru yakni literasi manusia
dan ICT literacy. Literasi
manusia untuk mengembangkan
daya tahan siswa
di era disrupsi
dengan cara mengembangkan kognitif
siswa ke arah
Higher Order Mental
Skill, berpikir kritis,
dan sistemik. Literasi manusia
juga untuk mengembangkan: ketrampilan
kepemimpinan dan bekerja
dalam tim, kelincahan dan
kematangan, serta jiwa
kewirausahaan. CT literacy:
bukan sekedar melek komputer, namun
mencakup dimensi yang
lebih luas. ICT
literacy dilakukan dengan
cara mengkombinasikan dan mengintegrasikan teknologi
ke dalam praktik
layanan bimbingan dan konseling
disertai dengan komitmen
kualitas ke dalam
konsep dan praktik
TPACK (Technology,
Paedagogy, Content, dan
Knowledge) (Ahmad, 2018).
TPACK merupakan kompetensi
guru BK secara utuh.
BK berkontribusi pada kegiatan literasi
baru yakni literasi manusia
dan ICT literacy. Literasi
manusia untuk mengembangkan
daya tahan siswa
di era disrupsi
dengan cara mengembangkan kognitif
siswa ke arah
Higher Order Mental
Skill, berpikir kritis,
dan sistemik. Literasi manusia
juga untuk mengembangkan: ketrampilan
kepemimpinan dan bekerja
dalam tim, kelincahan dan
kematangan, serta jiwa
kewirausahaan. CT literacy:
bukan sekedar melek komputer, namun
mencakup dimensi yang
lebih luas. ICT
literacy dilakukan dengan
cara mengkombinasikan dan mengintegrasikan teknologi
ke dalam praktik
layanan bimbingan dan konseling
disertai dengan komitmen
kualitas ke dalam
konsep dan praktik
TPACK (Technology,
Paedagogy, Content, dan
Knowledge) (Ahmad, 2018).
TPACK merupakan kompetensi
guru BK secara utuh.
Samspson, 2000
(dalam Paisley, P. O.,
& McMahon, H.
G., 2001) menjelaskan bahwa pengembangan
jenis keterampilan minimal dalam
kegiatan pengembangan
profesional dengan pemanfaatan
teknologi, antara lain:
(dalam Paisley, P. O.,
& McMahon, H.
G., 2001) menjelaskan bahwa pengembangan
jenis keterampilan minimal dalam
kegiatan pengembangan
profesional dengan pemanfaatan
teknologi, antara lain:
1.
Menggunakan Internet untuk
tujuan penilaian dan untuk
mengumpulkan informasi
Menggunakan Internet untuk
tujuan penilaian dan untuk
mengumpulkan informasi
2.
Menjadi akrab dengan
paket perangkat lunak atau
situs Web yang
membantu merampingkan konseling karir.
Menjadi akrab dengan
paket perangkat lunak atau
situs Web yang
membantu merampingkan konseling karir.
3.
Mengakses informasi mahasiswa
seperti nilai, skor tes,
kehadiran, dan kedisiplinan.
Mengakses informasi mahasiswa
seperti nilai, skor tes,
kehadiran, dan kedisiplinan.
4.
Menganalisis data seperti
tingkat kelulusan, tingkat putus
sekolah, dan pola disiplin.
Menganalisis data seperti
tingkat kelulusan, tingkat putus
sekolah, dan pola disiplin.
5.
Menggunakan segala bentuk
teknologi untuk mendukung peranan
konselor dalam melakukan konsultasi
dengan guru, orang tua,
dan siswa serta
untuk membentuk jaringan dengan
profesional lainnya.
Menggunakan segala bentuk
teknologi untuk mendukung peranan
konselor dalam melakukan konsultasi
dengan guru, orang tua,
dan siswa serta
untuk membentuk jaringan dengan
profesional lainnya.
Selanjutnya Lapan,
2001 (dalam Paisley, P. O., &
McMahon, H. G.,
2001) mendefinisikan program konseling
sekolah berbasis teknologi, membentuk
lingkungan sekolah yang lebih
efektif dan memberikan siswa kesempatan
berkembang lebih baik. Adapun
keuntungan program berbasis teknologi menurut
Paisley, P. O.,
& McMahon, H. G., (2001) antara lain:
2001 (dalam Paisley, P. O., &
McMahon, H. G.,
2001) mendefinisikan program konseling
sekolah berbasis teknologi, membentuk
lingkungan sekolah yang lebih
efektif dan memberikan siswa kesempatan
berkembang lebih baik. Adapun
keuntungan program berbasis teknologi menurut
Paisley, P. O.,
& McMahon, H. G., (2001) antara lain:
1.
Memungkinkan konselor sekolah
lebih mudah bekerja sama
dengan pihak lain dan pemangku kepentingan.
Memungkinkan konselor sekolah
lebih mudah bekerja sama
dengan pihak lain dan pemangku kepentingan.
2.
Memahami kebutuhan siswa
dalam sekolah melalui Review
data kualitatif dan kuantitatif.
Memahami kebutuhan siswa
dalam sekolah melalui Review
data kualitatif dan kuantitatif.
3.
Desain program konseling
sekolah berdasarkan
kebutuhan siswa, misi sekolah, dan kompetensi siswa.
Desain program konseling
sekolah berdasarkan
kebutuhan siswa, misi sekolah, dan kompetensi siswa.
4.
Menentukan faktor yang
relevan (misalnya, nilai ujian, nilai, absensi, pola kedisiplinan, hasil
survei kepuasan, dll).
Menentukan faktor yang
relevan (misalnya, nilai ujian, nilai, absensi, pola kedisiplinan, hasil
survei kepuasan, dll).
5.
Melaksanakan program seperti
yang dirancang.
Melaksanakan program seperti
yang dirancang.
6.
Mengevaluasi program berdasarkan faktor-faktor yang ditargetkan.
Mengevaluasi program berdasarkan faktor-faktor yang ditargetkan.
7.
Merevisi program sesuai
kebutuhan berdasarkan penelaahan data.
Merevisi program sesuai
kebutuhan berdasarkan penelaahan data.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Era disrupsi
adalah era revolusi
industri 4.0 yang
ditandai perubahan fundamental
dalam kehidupan yang lebih efisien
dan bermanfaat di
masyarakat sebagai dampak
dari inovasi teknologi digital
melalui penguasaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
adalah era revolusi
industri 4.0 yang
ditandai perubahan fundamental
dalam kehidupan yang lebih efisien
dan bermanfaat di
masyarakat sebagai dampak
dari inovasi teknologi digital
melalui penguasaan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan kualitas hidup.
Diharapkan
melalui pendidikan serta bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan dampak
positif dan mengendalikan dampak negatif dari era disrupsi melalui bantuan guru
BK. Untuk itu perlu dilakukan
diidentifkasikan karakteristik siswa
dan guru BK di era
disrupsi. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap tantangan dan
peluang bagi siswa dan guru BK di era disrupsi.
melalui pendidikan serta bimbingan dan konseling dapat memanfaatkan dampak
positif dan mengendalikan dampak negatif dari era disrupsi melalui bantuan guru
BK. Untuk itu perlu dilakukan
diidentifkasikan karakteristik siswa
dan guru BK di era
disrupsi. Selanjutnya dilakukan analisis terhadap tantangan dan
peluang bagi siswa dan guru BK di era disrupsi.
Diharapkan guru
BK menguasai teori dan praktik secara mantap, sehingga guru BK bisa menjadi
model bagi siswa
dalam menggunakan ICT.
Diharapkan guru BK
mampu menjadi fasilitator, innovator,
inspirator, dan motivator
bagi siswa; sehingga
terjadi dampak disrupsi
yang positif untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
BK menguasai teori dan praktik secara mantap, sehingga guru BK bisa menjadi
model bagi siswa
dalam menggunakan ICT.
Diharapkan guru BK
mampu menjadi fasilitator, innovator,
inspirator, dan motivator
bagi siswa; sehingga
terjadi dampak disrupsi
yang positif untuk peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Daftar Pustaka
Dini Rakhmawati.2017. Konselor Abad 21, tantangan dan peluang.
Kudus. Gusjigang
Kudus. Gusjigang
Suherman, Uman. 2007. Kompetensi dan Aspek Etik Profesional
Konselor Masa
Konselor Masa
Depan.
Educationist
Educationist
Yusri, Fadhila. 2013. Perkembangan Profesional Konselor Memenuhi
Kebutuhan
Kebutuhan
Masyarakat Industri. Jurnal
Konseling dan Pendidikan
Konseling dan Pendidikan
Ahmad, Intan. 2018. Proses Pembelajaran Digital dalam Revolusi
Industri 4.0. Rakernas Ristekdikti
Industri 4.0. Rakernas Ristekdikti
M.Th. Sri Rejeki Retnaningdyastuti.2018. tantangan dan peluang siswa dan Guru BK di Ea Disrupsi. Semarang. cabkin