Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Studi di Ponpes Hamalatul Quran Jombang (Habituasi Al-Quran Sebagai Metode Menghafal Al-Quran Cepat)

Studi di Ponpes Hamalatul Quran Jombang (Habituasi Al-Quran Sebagai Metode Menghafal Al-Quran Cepat)


Pada umumnya, menghafal Al-Quran dikenal dengan proses yang
sangat lama. Setidaknya, butuh waktu 3 sampai 4 tahun untuk menyelesaikan
hafalan 30 juz Al-Quran. Dengan banyaknya waktu yang digunakan untuk menghafal
Al-Quran, banyak hafidz yang tidak sempat menyisihkan waktu untuk belajar hal
lain di luar itu. Padahal, sangat disayangkan jika Al-Quran sekedar dihafal
tanpa mengetahui makna dan juga ilmu-ilmu yang lain.

Dalam menanggap hal tersebut, belakangan ini banyak kyai dan
pondok pesantren yang mengenalkan program cepat menghafal Al-Quran. Perlu
digaris bawahi, cepat dalam mengahafal Al-Quran bukan berarti jika sudah hatam
selesei prosesnya dan berhenti, bukan begitu. Dengan adanya metode tersebut,
para santri diharapkan bisa menyeleseikan hafalan dengan cepat dan kemudian
menekuni ilmu lain sambil menjaga hafalan Al-Qurannya. Salah satu metode
mengahafal Al-Quran cepat adalah Habituasi Al-Quran yang dikenalkan oleh KH. Ainul Yaqin. Pengasuh Ponpes Hamalatul Quran, Jombang.

Habituasi Al-Quran adalah metode menghafal Al-Quran cepat
yang telah dikenalkan oleh KH. Ainul Yaqin di pondok pesantren hamalatul quran
jombang (HQ). Dengan metodenya tersebut beliau berhasil membimbing santri nya
untuk menyelesaikan hafalan dalam kurun waktu 6 bulan. Meskipun HQ dikenal
dengan proses menghafal yang cepat, sebenarnya pondok pesantren ini mempunyai
banyak program unggulan lainnya seperti Quran village, Pondok Pesantren salaf
HQ, Wadhil Quran dan lain-lain. Program-program itu hadir dengan harapan agar
santri bisa menekuni ilmu lain selain mengahafal Al-Quran.

Kembali ke pembahasan metode habituasi Al-Quran, berikut ini
adalah penerapan habituasi Al-Quran yang menjadi poin utama artikel ini dibuat.

Penerapan Habituasi Al-Quran di Pesantren Hamalatul Qur'an
Jombang

Metode di Pondok Pesantren Hamalatul Quran dikenal
dengan sebutan habituasi Al-Qur`an dimana para peserta didik dilatih untuk
membiasakan diri berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan, diantarainya
:

  • sholat tahajjud berjama’ah dengan maqro’ setengah juz (khatam
    dalam dua bulan).
  • sholat shubuh berjama’ah dilanjutkan muroqobah seperempat Juz (khatam
    dalam empat bulan).
  • sholat dhuha berjama’ah dengan maqro’ setengah juz (khatam
    dalam dua bulan).
  • Muroqobah lima juz, santri membaca
    al-Qur’an binnadhor lima juz,(enam hari khatam).
  • dzikrul Qur’an satu juz setelah dzuhur
    dan ashar (setengah bulan hatam).
  • bimbingan fashohah intensif setelah maghrib.
  • Setoran bin nadzor/bil ghiob.

Jika diakumulasikan, total keseluruhan setiap santri ponpes Hamalatul Quran berinteraksi dengan al-Qur’an sekitar dari sepuluh juz di setiap
harinya, dengan berbagai bentuk interaksi, adakalanya dengan membaca binnadhar, bilghoib,
menyimak, setoran, dan lain-lain. Banyaknya interaksi dengan Al-Quran
menimbulan dampak positif yang akan kami bahas pada poin berikut ini.

Hasil Penerapan Habituasi Al-Quran

Setelah menerapkan aktifitas-aktifitas positif di pondok
pesantren Hamalatul quran dengan metodenya yang sering disebut dengan
habituasi Al-Qur`an, karakter santri akan terbentuk, ayat-ayat yang telah
dibaca setiap harinya akan tertanam dalam memori santri dan juga kecerdasan
santri akan meningkat. Berikut ini penjelasannya:

  • Gambar atau Spasial (Visual-Spatial Intelligence).

Setelah santri dilatih untuk membiasakan diri
berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan akan timbul sebuah efek
memori tulisan-tulisan ayat dan posisi-posisinya.

  • Verbal-Bahasa (Verbal- linguistic) .

Setelah para santri dilatih untuk membiasakan diri
berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan akan timbul sebuah efek
reflek bacaan yang baik. Dalam hal ini dapat kita ambil contoh seseorang yang
hampir hafal surat yasiin, hal tersebut adalah efek positif dari sering membaca
surat yasiin saat acara yasiinan.

  • Spiritual (Existensial Intelligence)

Setelah para santri dilatih untuk membiasakan diri
berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan, jiwa spiritual akan
terus meningkat seiring banyaknya ayat Al-Qur’an yang dibaca.

  • Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)

Setelah para santri didik dilatih untuk
membiasakan diri berinteraksi dengan al-Qur’an dalam beberapa kegiatan akan
timbul musical intelligence. Musical intelligence yakni mampu menirukan
irama bacaan Al-Qur’an pemimpin kegiatan atau menirukan irama imam
sholat.

Analisis Hasil Santri ponpes Hamalatul Qur’an


































Hasil wawancara



Narasumber



Visual-Spatial Intelligence



Verbal- linguistic



Existensial Intelligence



Musical Intelligence



Santri A (nama samara)



40%



40%



80%



80%



Santri B (nama samara)



25%



35%



75%



40%



Santri C (nama samara)



35%



45%



85%



30%


  • Santri A

Setelah melakukan wawancara dengan santri A yang mengikuti
program habituasi di pondok pesantren Hamalatul qur`an. Kita memperoleh sebuah
data tentang pengaruh dan hasil penerapan program habituasi. Selama mengikuti
program tersebut dalam kurun waktu 6 bulan tertanam dalam ingatan Visual-Spatial
Intelligence 40%, Verbal- linguistic 40%, Existensial
Intelligence 80%, Musical Intelligence 80% dan menyelesaikan
hafalannya dalam kurun waktu 10 bulan (1 tahun kurang).

  • Santri B

Setelah melakukan wawancara dengan santri B yang mengikuti
program habituasi di pondok pesantren Hamalatul qur`an. Kita memeperoleh sebuah
data tentang pengaruh dan hasil penerapan program habituasi. Selama mengikuti
program tersebut dalam kurun waktu 6 bulan tertanam dalam ingatan Visual-Spatial
Intelligence 25%, Verbal- linguistic 35%, Existensial
Intelligence 75%, Musical Intelligence 40% dan menyelesaikan
hafalannya dalam kurun waktu 14 bulan (1 tahun lebih 2 bulan).

  • Santri C

Setelah melakukan wawancara dengan santri C yang mengikuti
program habituasi di pondok pesantren Hamalatul qur`an. Kita memeperoleh sebuah
data tentang pengaruh dan hasil penerapan program habituasi. Selama mengikuti
program tersebut dalam kurun waktu 6 bulan tertanam dalam ingatan Visual-Spatial
Intelligence 35%, Verbal- linguistic 45%, Existensial
Intelligence 85%, Musical Intelligence 30% dan menyelesaikan
hafalannya dalam kurun waktu 6 bulan (1 tahun kurang).

Analisis Latar Belakang Santri Ponpes Hamalatul Quran

Setelah usai wawancara. Terdapat perbedaan kurun waktu
menghafal mereka. Perbedaan-perbedaan tersebut bisa disebabkan banyak, hal
salah satunya latar belakang mereka.

  • Santri A

Santri A mempunyai latar belakang lulusan pondok
modern dan memahami Bahasa arab. Tentunya latarbelakang dia bisa menunjang agar
dapat lebih cepat dalam menghafal dikarenakan bisa memahami sebagian ayat yang
dihafalnya.

  • Santri B

Santri B mempunyai latar belakang lulusan SMK merasa bahwa
dirinya mulai menghafal Al-Quran dari nol saat mondok di Hamalatul Quran.

  • Santri C

Sedangkan santri C yang lulusan pondok modern dan pernah
menghafal sebagian surat-surat panjang mempunyai keunggulan lebih yang dapat
menunjang dalam proses cepatnya menghafal Al-Quran.

Selain faktor latar belakang, masih banyak faktor yang bisa
menjadi pendukung ataupun penghambat dalam proses menghafal Al-Quran. Berikut
adalah penjelasannya:

Faktor Psikologi dalam Menghafal Al-Quran

Keadaan psikologis yang sejahtera dapat digambarkan
dengan seseorang yang mampu menerima bagaimana dirinya, mampu
membentuk hubungan sosial yang baik dengan orang lain, mampu mengontrol
lingkungan, memiliki kemandirian, dan mampu mengembangkan bakat maupun
kemampuan yang dimilikinya untuk mengembangkan diri dalam mencapai tujuan
hidup. Terlepas dari berbagai pengalaman setiap seseorang, kesejahteraan
psikologi seseorang bersifat subjektif tergantung pada standar yang dimiliki
seseorang.

Gambaran kesejahteraan psikologi

  • Penerimaan diri

Seseorang mampu menerima kekurangan dan kelebihan dirinya.
Adapun jika terdapat kekurangan sesorang mampu mengevaluasi diri secara
positif, dan jika menyadari kelebihan dirinya dia mampu memkasimalkannya.

  • Otonomi

Seseorang meyakini dan memegang teguh prinsip pribadinya,
mampu mandiri dalam mengambil keputusan tanpa terpengaruh orang lain dan mampu
bertahan dengan tekanan sosial.

  • Tujuan hidup

Seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas dan merasakan
perkembangan diri dari waktu ke waktu.